Rabu, 02 April 2008

“ZET”
Mumpung jembar kalangané Ya suraka..surak horéé..
A Am C Am DmLir ilir, lir ilir tandure wis sumilir
C DmTak ijo royo – royo
F AmTak sengguh temanten anyar
Am Am C Am DmCah angon - cah angon penekno blimbing kuwi
C Dm F AmLunyu - lunyu peneen kanggo mbasuh dododiro
Am Am C Am DmDododiro - dododiro kumitir bedah ing pinggir
C Dm F AmDondomono jlumatono kanggo sebo mengko sore
G AmMumpung pandang rembulane
G AmMumpung jembar kalangane
C Dm F G AmSun surako surak hiyo
P: Sepertinya aku pernah mendengar lagu ini. Pada waktu yang sudah lampau sekali.
Aku jadi teringat tentang dedaunan yang hijau rindang , air yang mengalir dan anak –anak sedang bermain-main di tengah malam saat rembulan purnama tiba, saat tatanan kota belum menguasai zaman. Semua terasa asri, dedaunan terasa gurih, dan empuk.
Q: Kawan sedang apa kau di luar?
P: Diam. Kau mendengar lagu itu.
Q: Ya. Kawan ini adalah lagu yang aku rindukan, lagu yang aku nantikan. Lagu yang lama tak aku dengar. Kawan kau masih ingat waktu anak-anak bermain dan kita mengintip dari bawah. Ada warna ping,hijau,merah dan …
P: Diam. Ada yang sedang merindukan sesuatu.
Q: Merindukan sesuatu?
P: Ya. Ada yang merindukan ketentraman dan kesuyian.
Q: Maksudmu?
P: Seperti kau dan aku.
Q: Jadi ada yang merindukan daunan segar tanpa bahan kimia, lalu mayat yang empuk. Lalu mereka juga merindukan sampah tomat kesukaanku.
P: Tentu saja tidak. Kau itu bodoh sekali.
Q: Kau bilang mereka merindukan seperti apa yang kita rindukan. Lalu apa yang mereka rindukan dan siapa yang merindukannya.
P : Mereka merindukan diri mereka yang dulu. Air jernih yang mengalir, pepohonan yang rindang, dan pijakan hangat di saat mereka berjalan. Mereka adalah manusia.
Q : Apa, manusia? Tidak mungkin. Manusia tidak mungkin merindukan hal ini. Bukankah merekalah yang telah membuang kesunyian itu. Mereka telah rusak tempat-tempat kita. Mereka tanam beton-beton disela rumah-rumah kita. Mereka alirkan limbah busuk yang telah meracuni teman kita hingga mati. Kemudian mereka suguhkan mayat-mayat yang terasa pahit di lidah, dan mereka suguhkan juga pada kita daun-daun yang mengandung beribu bahan kimia. Apa kau lupa istrimu mati karena salah makan?
P : Cukup! Jangan kau ungkit masa lalu itu. Itu adalah takdir.
Q : Dan manusia jugalah takdir. Mereka ditakdirkan untuk merusak dan menguasai bumi diluar sana. Apakah kau tak pernah sadar tentang hal itu?
P : Tidak . Kau tidak akan pernah tahu tentang manusia. Karena kau hanya sembunyi di dalam bumi saja. Kau tidak mengerti bahwa di sela-sela keramaian bumi ada manusia yang sedang merindukan ketentraman dan kesunyian.
Q : Lalu apa urusan kita?
P : Kita butuh manusia itu. Kita temui dia dan kita minta bantuan padanya. Agar dia mampu kembalikan kehidupan kita yang dulu.
Q : Apa, menemui manusia? Itu berarti, kita keluar dari dalam bumi ini?
P : Ya. Kita keluar dari bumi ini.
Q : Tidak. Ini tidak mungkin. Kita tidak akan keluar dari bumi ini. Kita harus tetap ada di dalam. Ini akan bahaya jika kita keluar dari bumi ini. Kau sudah sinting!
P : Apakah kau tidak ingin perubahan. Apakah kau tak ingin seperti dulu. Kita bisa bebas keluar dan masuk ke dalam bumi. Apakah kau tak ingin tomat busuk yang segar?
Q : Tomat busuk yang segar? Wow…! Tidak! Aku tidak ingin keluar dari dalam bumi ini, aku tetap disini. Bukankah kita sudah janji kalau kita akan tetap berada di bumi ini. Derita dan sepi kita rasa bersama. Apa kau lupa?
P : Jika kau tak ingin pergi, aku akan pergi sendiri.
R : Siapa yang ingin pergi? Jadi kau ingin pergi (Q). Apa kau tahu bahwa diluar sana sangat berbahaya.
Q : Bukan aku tapi dia yang ingin pergi.
R : Apa? Kau yang ingin pergi. Bukankah kau yang telah membuat perjanjian bahwa kita akan tetap di bumi ini.
P : Aku membuatnya untuk kebaikan kita dan saat ini diluar sana ada manusia yang telah merindukan ketentraman dan kesunyian. Kita butuh dia dan ini juga untuk kebaikan kita.
R : Kawan. Diluar sana sangatlah berbahaya. Jika keluar dari dalam bumi maka kita semua akan berubah. Di luar sana adalah hidupnya para setan, sedang di dalam bumi adalah tempat peristirahatan . Di dalamnya penuh kesunyian dan ketentraman. Jika kau keluar maka kau akan bertemu dengan setan-setan. Nalarmu akan diisi dengan nafsu-nafsu keserakahan. Apakah kau lupa hal itu? Tetaplah kau di dalam. Ayolah masih banyak bangkai yang harus kita urai. Dan inilah takdir kita.
P : Tidak kita harus keluar. Ada manusia yang merindukan ketentraman.

Kemudian terdengar lagi lagu lir-ilir.

P : Coba kalian dengar lagu itu lagi.
Q : Lagu itu terdengar lagi.
R : Harapan, kenangan, hijau pepohonan, anak-anak yang bermain, berakhir pada kematian.
Q : Apa kau bilang?
R : Ada yang merindukan ketentraman diluar sana.
P : Ayolah kita segera keluar dari dalam bumi ini dan kita cari manusia yang merindukan ketentraman dan kesunyian itu. Ayolah sebelum lagu itu hilang kembali.
P+R : (segera pergi meninggalkan dalam bumi)
Q : Ah ! Mereka semua gila. Baiklah terpaksa aku harus menyusul,mereka.

Akhirnya mereka keluar ke permukaan bumi. Mencari manusia yang merindukan ketentraman.

R : Kita sudah berputar-putar lama sekali di permukaan bumi ini namun tidak juga kita menemukan manusia itu. Lebih baik kita kembali saja.
P : Tidak. Kita harus meneruskannya. Kita sudah tetapkan langkah, menoleh ke belakang adalah pengkhianatan.
Q : Tidak. Kadang menoleh ke belakang itu perlu. Jika langkah yang di tetapkan itu salah maka kita harus kembali pada jalan yang pertama.
P : Jalan yang pertama adalah jalan yang kosong tidak penuh dengan harapan dan impian.
Q : Dan langkah yang kau tetapkan adalah langkah kebodohan. Langkah kematian.
P : Tapi kau mengikutinya ...
Q : Karena aku ingin kau selamat. Agar kebodohan dalam otakmu bisa terhapus dan kau bisa kembali lagi pada jalan yang pertama. Kita harus pulang. Kita sudah ditakdirkan untuk kehilangan kebebasan. Dan di dalam bumilah tempat kita. Sedangkan di luar bukan tempat kita. Kita harus kembali. Menerima takdir yang sudah ditetapkan sejak awal.
P : Dan itu adalah kebodohan.
R : Diam. Apakah kalian tidak merasa bahwa kita sudah tersesat? Apakah kalian tahu di mana jalan pulang kita? Lubang menuju rumah kita. Sudahkah itu kalian sadari.
Q : Tunggu. Apakah kau ingat ketika kita berjanji bahwa kita tidak akan keluar dari dalam bumi. Apa yang kau katakan? Kau masih ingat.
P : Ya. Kita tidak akan bisa kembali lagi ketika kita keluar dari dalam bumi.
Q : Ha…ha..ha. Kita akan berada di sini selamanya kawan. Merindukan tomat busuk, celana dalam warna ping,hijau, hitam. Dan juga kita akan merindukan ketentraman di sini. Bukankah seperti itu maumu?
R : Kita harus menacari jalan pulang!
Q : Kita sudah terlambat.
P : Pasti ada kesempatan dibalik sebuah keterlambatan. Kita harus mencoba.
Q : Kau sempat bilang bahwa kita sudah tetapkan langkah, menoleh ke belakang adalah pengkhianatan.
R : Sudahlah. Saat ini bukan saatnya kita berdebat. Ayolah kita cari lubang dimana kita pulang!

Mereka mencari जलन पुलंग.

Tidak ada komentar: