Rabu, 09 April 2008

सर्पें सर्पें

“Maaf aku lupa , Sayang.”kataku dengan lirih.

Aku lupa sayang. Mawar itu masih tertinggal di atas meja komputerku. Hari ini aku memang sibuk. Maaf, aku lupa sayang.

Memang, kehadiranku saat ini untuk memberikan mawar yang telah aku janjikan padamu. Aku sudah menyiapkannya, baru aku petik mawar itu tadi pagi. Khusus untukmu. Warnanya putih, kau pasti suka. Aku tentu tahu. Sudah tiga tahun kita bersama. Hingga suatu hari, aku mampu memanggilmu ,”Sayang.” Tak pernah aku menyatakan “Aku mencintaimu.” Seperti anak laki-laki menyatakan cinta pada pacarnya.

“Tidak seperti cinta.”katamu. “Sebab cinta lebih indah dinyatakan dalam perilaku,bukan sekedar kata. Kata hanya sekedar merancaukannya.”katamu masih terlalu aku ingat.

Heran. Aku tidak melihat rupa marah pada wajahmu. Apa kau lupa pada janjiku? Kau hanya berkata,”Aku senang kau sudah datang.” Itu saja. Hatiku lega. Atau kau berharap aku memberimu kejutan pada akhir pertemuan. Tidak. Kali ini aku benar-benar lupa. Ini adalah kelupaan yang paling menjengkelkan.

Aku seorang pelupa, memang. Aku sering lupa membawakan buku yang aku pinjam pada temanku. Lupa membawakan VCD yang aku pinjam pada temanku. Namun semuanya berakhir pada perundingan dan kemudian mereka memaafkannya. Menurut mereka itu hal biasa dan terlalu biasa.

Saat ini beda. Aku tidak ingin dia tahu bahwa aku lupa. Tapi aku benar-benar lupa. Tiba-tiba dia tersenyum,” Hmm…kamu baik-baik saja kan. Bagaimana IP-mu masih diatas 3,00 kan?”. Dia memberondong pertanyaan yang biasa dia tanyakan setiap kita bertemu. Aku hanya mampu menjawab,” Ya.” Itu saja.

Terus saja dia menghiburku dengan obrolan layaknya dua sejoli yang lama tak bertemu. Kia saling senyum. Hanya saja, aku masih khawatir dia akan kecewa dengan kedatanganku tanpa setangkai mawar. Aku lupa sayang.

Hampir 2 jam kita bertemu dan saling bertukar cerita. Dia tidak juga mengungkit tentang mawar yang aku janjikan. Apakah benar dia juga lupa seperti aku? Tidak. Dia pasti ingat. Aku yakin. Mungkin, dia menutupinya. Apakah dia tahu bahwa aku benar-benar lupa?

Dia berikan HPnya padaku. “ Kau tadi salah kirim pesan ke HPq. Kelihatannya buat Ibumu.”katanya padaku. Tetap saja dia senyum.

“Bu, aku lpa bawa bunga di atas meja komp. Tolong di jagain ya! Sebab itu buat seseorang yang telah memesan mawar padaku. Maaf bu, mohon jangan sampai rusak. Aku berharap lain waktu tidak lupa.Terima kasih Bu.”

Dia tertawa. “Kau lupa bawakan aku mawar, ya.” Dia merasa tidak kehilangan sesuatu. Namun aku malu. Takut dia kecewa. Atau dia memang kecewa. Hanya memendamnya dengan senyuman.

Dia berikan aku sesuatu. Sebuah buku memori.”Ini untuk menulis janjimu padaku agar kau tak lupa.” Dia tersenyum. Aku masukan buku itu pada tasku. Aku menemukan kotak yang sebenarnya ingin aku berikan bersama bunga mawar hari ini. Aku lupa ,kapan aku menaruhnya?

Aku keluarkan kotak itu. Aku berikan padanya. Dia membukanya. Dia tersenyum. Dalam kotak itu ada bingkai fotonya yang kurangkai dengan tulisan,

Kita simpan kenangan ini dengan sederhana. Selayak kata menyimpan makna.

Seperti hati menyimpan cinta.

Seperti ibu menyimpan bayi dalam rahimnnya.

Wajahnya nampak senang ,seolah dia ingin mengecup keningku. Namun kita selalu tahu, kita bukan dua sejoli yang berpacaran. Kita hanyalah saling mencinta, saling menjaga.

“Maaf aku lupa sayang.”kataku dengan lirih.

Dia hanya diam dan tersenyum. Terlihat bahagia wajahnya. Dia cantik.

Ngruna, Karangsari Pengasih Kulonprogo.

7 april 2008.

Tidak ada komentar: